LimaSisiNews, Menyelami permasalahan negara maju dan berkembang memang tak ada habisnya. Salah satu persoalan yang masih terus mendapatkan perhatian dunia adalah mengenai sampah plastik.
Aeshnina Azzahra Aqilani adalah sosok gadis remaja yang berani menentang kepentingan negara-negara maju. Gadis itu beranggapan, negara maju secara sengaja mengimpor sampah plastik ke tanah kelahirannya, Jawa Timur.
Kesal, ia nekat mengirim surat ke empat negara maju. Seperti apa ceritanya? Simak ulasan selengkapnya berikut ini, dilansir dari kanal YouTube Wartabromo TV, Senin (2/8/21).
Tak Terima Indonesia jadi Tempat Sampah
Bagi sekelilingnya, Aeshnina Azzahra Aqilani dikenal sebagai sosok gadis pemberani dan berbeda dari anak lainnya. Di usianya yang masih kecil, ia dinobatkan sebagai captain River Warrior, sebuah komunitas anak muda yang berharap Sungai Brantas bebas dari sampah plastik.
Keberaniannya mampu menggugah anak-anak lain untuk turut berperan serta. Ia pernah menyampaikan keluh kesah mengenai sampah di desanya di depan alun-alun Mojokerto hingga depan Kantor Bupati Gresik.
Setelah itu, Aeshnina tak tinggal diam. Ia menyoroti kelakuan negara maju yang dianggap semena-mena membuang sampah di Tanah Air.
“Ya saya merasa gak terima sebagai anak Indonesia kok negara maju membuang sampah”
Ungkap Kenyataan di Desa Bangun, Jawa Timur
Bagi Aeshnina, perbuatan itu jelas tak dapat dibenarkan. Sembari menegaskan, ia memberi gambaran mengenai kebiasaan para pengimpor dan pemilik pabrik kertas di Desa Bangun yang membuang sampah plastik sembarangan.
“Mereka itu ternyata menyelundupkan sampah plastik berbahaya ke dalam sampah kertas yang akan dikirim ke Indonesia. Kertasnya diolah, terus plastiknya itu dibuang ke desa-desa kecil di sekitar pabrik,” katanya.
“Nah, yang paling besar itu ada di Desa Bangun, tempat pembuangan sampah impor terbesar di Jawa Timur,” lanjutnya.
Nekat Kirim Surat ke Empat Negara Maju
Aeshnina tak segan untuk memperingatkan negara maju. Di antaranya, Aeshnina pernah mengirim surat ke Scott Morrison, Angela Merkel, hingga Donald Trump. Semua surat mendarat langsung ke Amerika Serikat, Australia, dan Jerman.
“Yang pertama itu tahun 2019, itu saya mengirim surat ke Presiden Donald Trump yang masih menjadi Presiden Amerika, kemudian saya mengirim ke Angela Merkel di Jerman, kemudian Menteri Scott Morrison Autralia, kemudian ke Amerika lagi waktu ada kiriman sampah plastik,” paparnya.
Gadis pemberani itu menuturkan, ia menggambarkan situasi terkini yang terjadi di desa sekitar tempat tinggalnya. Secara langsung, Aeshnina meminta para pemimpin di negara maju untuk berhenti mengimpor sampah plastik ke Indonesia.
“Isinya, saya tidak mau negara saya dibuangi sampah plastik yang mereka hasilkan. Saya juga menceritakan kondisi Desa Bangun atau desa lain yang tercemar. Jadi setiap hari airnya kotor, tidak bisa digunakan untuk mandi, minum, udara juga kotor. Saya meminta agar mereka stop mengirim sampah plastik,” tegasnya.
[mta]