LimasisiNews, Pematangsiantar (Sumut) –
Kenaikan beberapa komoditas pangan akhir-akhir ini menyebabkan hampir seluruh rumah tangga harus mampu menyiasati pola konsumsi. Hal ini dikarenakan tingkat pendapatan masyarakat yang tetap namun jumlah uang yang harus dikeluarkan untuk konsumsi menjadi lebih besar dibanding biasanya.
Sementara fluktuasi harga komoditas cenderung akan menurunkan daya beli masyarakat yang pada akhirnya berdampak bagi pertumbuhan ekonomi daerah.
“Kenaikan harga komponen pangan ini akan memicu inflasi, artinya terjadi kenaikan harga secara umum pada beberapa komoditas pangan,” Kata Rifki Pratama, Rabu (15/06/2022)
Inflasi juga akan berdampak terhadap daya beli masyarakat, sehingga bukan hal yang mustahil akan mengurangi kesejahteraan masyarakat. Seperti kenaikan harga telur dan cabai yang turut mengalami peningkatan cukup signifikan.
Tingginya harga komoditi bahan pokok tersebut membuat masyarakat menahan diri untuk berbelanja dan melakukan substitusi dengan komoditas lain yang lebih terjangkau.
Konsumsi rumah tangga saat ini memiliki share terbesar di antara total produk domestik regional bruto (PDRB). Hal ini tentu dikhawatirkan akan menghambat pertumbuhan ekonomi yang tengah masuk masa pemulihan.
Harga bahan pangan yang tinggi akan membebani masyarakat menengah bawah dan dalam jangka panjang akan menambah angka kemiskinan yang ada.
Tak hanya itu, naiknya harga bahan pokok juga berdampak bagi pelaku UMKM kuliner yang menyebabkan biaya produksi meningkat dibanding biasanya.