LimaSisiNews, Yogyakarta (DIY) –
Wacana akan ditutupnya Plengkung Gading (Plengkung Nirbaya) Jogjakarta menegaskan bahwa filosofi indah, Takhta untuk Rakyat, sudah benar-benar mati.
Rencana Keraton Yogyakarta menutup Plengkung Gading menjadi isu hangat saat ini di tengah-tengah masyarakat Jogja. Pro dan kontra pun tak bisa dihindari.
Diketahui, gerbang selatan Keraton Jogja ini adalah sejarah gerbang kematian Raja Jogja.
Plengkung Nirbaya adalah satu-satunya gerbang masuk ke dalam Benteng Baluwerti, yang mengalungi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Mendapat nama Plengkung Gading karena lokasinya yang ada di Jalan Gading.
Dari semua gerbang, hanya Plengkung Tarunasura di Wijilan dan Plengkung Nirbaya yang mempertahankan bentuk asli. Yaitu gerbang melengkung yang akhirnya disebut “plengkung.”
Plengkung Gading Jogja punya fungsi khusus, yaitu sebagai pintu kematian. Sultan Jogja yang wafat akan dibawa ke Pajimatan Imogiri melalui gerbang ini. Maka, sebelum meninggal, Sultan Jogja tidak boleh melintasi gerbang ini.