Selain itu, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul terus berupaya meningkatkan kesejahteraan para personel Satlinmas Rescue sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi mereka. Bupati juga meminta agar Satlinmas Rescue melakukan pembaruan dan peningkatan alat penyelamatan yang lebih efektif untuk menunjang kinerja mereka di lapangan.
“Terutama dalam menghadapi peningkatan jumlah wisatawan yang terus bertambah dari tahun ke tahun,” tuturnya.
Sementara itu, Koordinator Satlinmas Rescue Istimewa Wilayah 2 Marjono menjelaskan, bahwa sistem kerja anggota Satlinmas terbagi dalam dua jenis piket, yakni piket harian di pos pantai dan piket malam yang dilakukan di Pos Induk Pantai Baron selama 24 jam. Saat akhir pekan, seluruh personel dikerahkan untuk berjaga hingga pengunjung benar-benar habis dari kawasan pantai.
Marjono juga mengungkapkan bahwa hingga saat ini, jumlah sarana dan prasarana masih terbatas. Satlinmas Rescue Istimewa Gunungkidul hanya memiliki tiga unit jetski, empat kapal jukung, serta beberapa unit ambulans. Ia menegaskan bahwa masih dibutuhkan tambahan rambu-rambu permanen sebagai bentuk mitigasi terhadap potensi kecelakaan di pantai.
“Kasus yang terjadi di Pantai Drini menjadi perhatian bagi kami. Sebagai langkah antisipasi, ke depan akan dibuat rambu-rambu peringatan yang lebih permanen dan jelas bagi para wisatawan,” kata Marjono.
Ia juga menambahkan bahwa target pada tahun 2024 adalah mencapai “Zero Insiden”, yakni tidak adanya korban jiwa akibat kecelakaan di kawasan pantai Gunungkidul. Upaya peningkatan kapasitas SDM, penyediaan sarana dan prasarana, serta kesadaran wisatawan dalam mengikuti aturan keselamatan akan menjadi faktor penting dalam mewujudkan target tersebut.
“Dengan semakin berkembangnya sektor pariwisata di Gunungkidul, keberadaan Satlinmas Rescue Istimewa menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam menjaga keselamatan dan kenyamanan wisatawan dengan adanya pembinaan ini, para personel dapat lebih siap dalam menghadapi berbagai tantangan di lapangan serta memberikan pelayanan penyelamatan yang lebih optimal,” pungkas Marjono.
BW/Ed. MN