Alumni Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) UNS ini menerangkan bahwa tulisan jurnalistik itu bisa berbentuk berita atau straight news, laporan atau reportase, feature atau karangan khas (tuturan), tajuk rencana atau editorial, artikel atau opini, dan lainnya.
Wartawan media online ini menyampaikan, dalam menulis berita, penulis (wartawan) biasanya menggunakan rumus umum yaitu 5W dan 1H, yang merupakan kepanjangan dari What (apa), Who (siapa), When (kapan), Where (di mana), Why (mengapa), dan How (bagaimana).
“Sedang sifat bahasa jurnalistik itu adalah lugas (pembaca mengerti maksudnya), singkat (tidak berbelit-belit, bertele-tele), padat (sarat informasi), sederhana (dapat dipahami berbagai kalangan), lancar (keteraturan urutan, runtut), menarik (memuat berbagai nuansa, gambaran yang utuh), dan sebagainya,” jelasnya.
Belajar dari pengalaman selama 28 tahun menjadi jurnalis, maka warga Dukuh Garuman, Desa Kalitengah, Kecamatan Wedi ini berpesan kepada peserta pelatihan untuk terus belajar dan berlatih menulis.
“Belajar menulis itu ibarat belajar berenang. Jadi, praktek langsung sambil belajar teori. Tulisan (apapun bentuknya) punya ”kekuatan” dan pengaruh. Selain itu, profesi penulis atau jurnalis selalu akan berprospek. Maka, mulailah belajar menulis dari sekarang,” imbuhnya.
Pelatihan dasar jurnalistik, fotografi dan broadcasting ini mendapat tanggapan yang baik dari peserta. Anak-anak antusias mengikuti pelatihan dan serius memperhatikan materi yang disampaikan narasumber.
Sejumlah pertanyaan pun disampaikan ke narasumber. Seperti bagaimana prospek kerja jurnalistik, cara menangkal berita hoax, dan sebagainya.
Arf/ed. MN