LimaSisiNews, Rafah (Mesir) –
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB), Antonio Guterres mengatakan bahwa truk-truk yang membawa bantuan perlu segera digerakkan dari Mesir ke wilayah Gaza yang dikepung Israel untuk mengatasi krisis kemanusiaan.
Guterres terbang ke Mesir dan berkunjung ke gerbang lintas batas Rafah pada Jumat (20/10/2023) untuk mendorong pengiriman bantuan ke Gaza.
Gerbang itu menjadi pusat perhatian sejak Israel mulai melakukan serangan udara secara masif di Gaza sebagai balasan atas serangan kelompok Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober 2023 lalu.
Gaza kekurangan pasokan bahan bakar, makanan, air, dan obat-obatan, tetapi gerbang perbatasan yang dikendalikan Mesir itu masih ditutup karena pihak-pihak yang terlibat masih berunding soal persyaratan agar bantuan bisa masuk.
Guterres mengatakan bahwa truk-truk itu bukan sekadar truk, tetapi juga ‘perbedaan antara hidup dan mati bagi banyak orang di Gaza’.
“…apa yang kita butuhkan adalah membuat mereka (truk-truk) bergerak, membuat mereka bergerak ke sisi lain tembok ini secepat mungkin dan sebanyak mungkin,” katanya.
Dia juga meminta proses verifikasi yang cepat bagi pengiriman bantuan.
Menurut Guterres, PBB saat ini aktif berkomunikasi dengan semua pihak, termasuk Mesir, Israel, dan Amerika Serikat (AS), untuk memastikan syarat-syarat pengiriman bantuan dapat dipenuhi.
“… agar truk-truk ini segera bergerak ke tempat yang membutuhkan,” katanya.
Saat berbicara di gerbang Rafah, dia dikelilingi para demonstran Mesir yang meneriakkan dukungan bagi Palestina.
Di Jenewa, Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) mengaku telah berbicara dengan pihak-pihak yang terlibat dalam konflik itu untuk memastikan operasi bantuan segera dimulai di Gaza.
AS sebelumnya mengatakan detail kesepakatan pengiriman bantuan lewat Rafah masih dibahas. Kesepakatan untuk mengizinkan 20 truk pertama telah dicapai, kata Washington.
Namun, jumlah sebanyak itu hanya sebagian kecil dari yang dibutuhkan. Sebelum konflik meletus, sekitar 450 truk bantuan tiba di Gaza setiap hari.
Sebagian besar penduduk Gaza, yang berjumlah 2,3 juta jiwa, bergantung pada bantuan kemanusiaan. Wilayah di pesisir itu telah diblokade oleh Israel dan Mesir sejak Hamas memerintah pada 2007.