LimaSisiNews, Klaten (Jawa Tengah) –
Masyarakat Kabupaten Klaten tentunya tidak asing dengan Sendang Bulus Jimbung yang terletak di Dusun II, Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten ini.
Berdasarkan mitologi atau cerita masyarakat setempat nama Bulus Jimbung Konon, dulunya sendang ini dihuni dua ekor bulus atau kura-kura yang dikeramatkan. Namanya Kiai Poleng dan Nyai Remeng.
Sebagai informasi, di lokasi tersebut ada dua sendang, yang satu diperuntukkan sekedar untuk mandi, kemudian yang kedua untuk mencari pesugihan.
Konon ceritanya Sendang ini sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu, dan di tempat itu terdapat sepasang bulus atau kura-kura yang hidup atau menghuni di Sendang tersebut yang bernama Ki Poleng dan Ki Remeng.
Berdasarkan cerita yang beredar, kedua bulus (kura-kura) ini merupakan jelmaan dari Abdi Dewi Wahdi yang di sabda oleh Raden Patohwan menjadi bulus atau kura-kura, karena kedua abdi tersebut terus menghinanya, sedangkan nama Sendang Bulus Jimbung ini pada mulanya dibuat oleh Pangeran Jimbung yang gagah perkasa dengan menancapkan tongkatnya.
Pangeran berkata pada kedua abdi yang telah menjadi bulus itu, jika nanti tempat ini akan ramai dikunjungi oleh orang hingga memberi makan. Nah, jadilah sendang ini diyakini oleh masyarakat sebagai tempat pemujaan untuk mencari pesugihan dan keinginannya apa saja agar menjadi kaya.
Tradisi Ketupat
Sementara itu menurut keterangan Carik (Sekretaris) Desa Kalikotes Pak Slamet menuturkan, untuk sejarah tradisi Ketupat dulu setiap tanggal 8 syawal semua santri dari Raden Joko Patohan sowan mau ujung (mohon maaf) pada gurunya.
“Setelah poso (puasa Ramadhan), Raden Patohan masih melaksanakan puasa syawal selama 6 hari setelah Idul fitri. Banyak santrinya mau ketemu tapi tidak bisa, sebab masih puasa, makanya setelah tanggal 8 syawal baru santri dan masyarakat bisa sowan. Maka dilokasi pesantren tersebut banyak masyarakat yang kumpul, dan tumbuh perekonomian, banyak pedagang yang berjualan disekitar pesantren,” tutur Slamet kepada LimaSisiNews, Senin (27/01/2025).
Lebih lanjut Ia menjelaskan, dan bertepatan dengan itu, prajurit dari Keling banyak yang datang berziarah ke makam putri Kelung.