Anda (19), seorang remaja warga Desa Air Hitam, Kecamatan Datuk Lima Puluh, Kabupaten Batu Bara, mengaku enggan menggeluti profesi petani padi karena dianggapnya kerja sebagai petani terlalu repot dan hasilnya kecil.
“Nggak berminat lah, Bang. Kerjanya berat, terus butuh modal besar dan keuntungannya kecil. Belum apa-apa kita harus mengeluarkan modal sewa tanah, sewa jetor, beli bibit, beli racun. Pokoknya banyaklah, Bang. Daripada itu, masih mending lagi kerja bangunan, satu hari kerja aja udah bisa dapat gaji seratus ribu,” ujar remaja itu sambil tersipu malu.
Hal senada juga dikatakan oleh Putri (25), warga Desa Lubuk Cuik “Saat ini untuk petani sangatlah memprihatinkan, apalagi petani cabai. Yang sangat miris, modal yang sangat besar dan harga cabai di bawah rata-rata. Tidak ada lagi kata ‘penyangga’ karena nasib petani yang sangat sulit.
Bagaimana generasi milenial tergiur ingin terjun ke sawah kalau pada akhirnya hanya menyakitkan diri sendiri sebagai petani. Tidak menemukan kepuasan sendiri sebagai petani,” bebernya.
Mirisnya, saat awak media ini mencoba mengkonfirmasi terkait hal ini kepada Kepala Dinas Pertanian Batu Bara, Ridwan, via telepon, ia enggan mengangkat teleponnya. Kemudian saat dikonfirmasi via WhatsApp, Ridwan juga enggan memberikan komentarnya.
Dwi/MN