“Walaupun air bersih sudah dilengkapi closet, tapi masih amburadul. Padahal kalau melihat dari awal, pengerjaan itu sudah melewati batas waktu. Makanya tempat wisata hutan pinus ini belum bisa digunakan sebagaimana mestinya sehingga kami menduga kalau proyek ini mangkrak dan terbengkalai,” tandasnya.
Selain itu, masih menurut warga, sejumlah bangunan masih amburadul dan pihak pelaksana saja jarang ke lokasi, penggunaan kayunya memakai kayu manglid sekelas kelas lll.
“Atas nama masyarakat Desa Girimukti, saya berharap kepada pihak yang berwenang untuk mengusut tuntas proyek Kementerian Pariwisata yang dinilai tidak tuntas tersebut. Bahkan untuk pelaksana saja jarang memantau ke lapangan,” tandasnya.
Ketika dikonfirmasi, pekerja di proyek tersebut juga mengatakan, “Ya, Pak. Pembangunan ini belum beres karena materialnya suka lambat. Kadang ada, kadang tidak ada, dan pelaksananya juga jarang ke sini,” ujarnya.
“Kalau kami hanya pekerja aja. Ketika ada bahan material, ya, kami kerjakan. Kalau tidak ada mau apa, bahkan kemaren sempat berhenti sampai satu bulan penuh,” ujarnya singkat.
Dikonfirmasi via WhatsApp “Amar Hadi” selaku pelaksana terkait pembangunan wisata yang belum selesai, tidak ada jawaban, hingga berita ini terbitkan.
Tri/ed. MN