Dalam pembuatan kue keranjang dia masih mempertahankan takaran resep dan cara memasak orangtunya dulu. Misalnya untuk mengukus kue keranjang masih menggunakan kompor minyak tanah.
Menurutnya untuk mengukus kue keranjang membutuhkan api yang stabil seperti dari kompor minyak tanah. Diakuinya kini minyak tanah sulit dan mahal, tapi tetap dipertahankan untuk menjaga mutu dan rasa kue keranjang.
“Kalau kue keranjang api harus ajek stabil. Pakai kompor minyak saja ditunggu harus tiap jam ditambah (minyak tanah) biar api ajek,” paparnya.
Pernah Sulistyowati mencoba mengukus dengan kompor gas. Namun adonan kue keranjang bisa naik semua karena api kompor gas terlalu besar. Dari segi rasa juga mempengaruhi karena rasanya berbeda dibandingkan saat dimasak dengan kompor minyak tanah.
Kue keranjang tersebut dijual seharga Rp 46.000/kilogram. Setiap satu kilogram kue keranjang ada yang berisi 5 kue, 4 kue, 3 kue, 2 kue, dan 1 kue, tergantung dari berat setiap kue. Kue keranjang itu berwarna coklat dan teksturnya kenyal mirip seperti dodol, tapi tidak lembek.
Menurutnya kue keranjang berbentuk bulat artinya bersatu. Sedangkan kue keranjang rasanya manis dengan harapan pada Tahun Baru Imlek bisa terasa manis atau lebih baik.
“Seperti Idul Fitri merayakan Tahun Baru Imlek dengan saudara-saudara dan sembahyang leluhur,”katanya.
pin/ed. MN