Selanjutnya, motif batik Sleman pada angka 107 yakni Batik Sinom Parijotho Salak. Motif ini terinspirasi dari kekayaan alam kabupaten ini. Sinom merupakan daun salak yang masih muda. Sedangkan Parijotho merupakan tanaman khas di lereng Gunung Merapi.
Motif tiga gelombang biru, menggambarkan tiga sungai yang melambangkan kemakmuran dalam mempertinggi pangan dan sandang di daerah Kabupaten Sleman, yakni Kali Krasak, Kali Kuning dan Kali Opak.
Muatan warna yang digunakan adalah merah yang bermakna keberanian, hitam bermakna keabadian, biru tua berarti kesetiaan, biru muda berarti cita-cita, kuning berarti keluhuran, kuning emas berarti keemasan/kejayaan, dan hijau bermakna kemakmuran.
Aji menjelaskan, Nyawiji lan Murakabi dijabarkan ke dalam 29 rangkaian, yang telah dilangsungkan sejak Jumat, 31 Maret silam.
Seluruh kegiatan tersebut menyimbolkan semangat filosofi yang ada. Beberapa kegiatan tersebut ditujukan kepada masyarakat, dan ada pula yang sifatnya sebuah upaya pelestarian nilai dasar tradisional yang ada seperti Malam Tirakatan.
“Nyawiji lan Murakabi itu kemudian dijabarkan ke dalam 29 kegiatan yang menjawab simbol filosofi yang ada. Di samping kegiatan-kegiatan yang terkait bagaimana kita (Pemkab Sleman) juga hadir di tengah-tengah masyarakat, misalnya memberikan peran bagi keluarga miskin, khitanan masal dan sebagainya. Ada juga kegiatan yang sifatnya menjadi sebuah melestarikan nilai dasar yang ada. Jadi misalnya nanti kita akan ada Malam Tirakatan,” ungkapnya.
Pemkab Sleman mengajak seluruh masyarakat Sleman untuk bersama-sama memeriahkan peringatan Hari Jadi ke-107 Kabupaten Sleman, serta bereksplorasi mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya.
“Pada hakikatnya Hari Jadi Kabupaten Sleman ini menjadi hari jadi kita semua, termasuk hari jadinya masyarakat Sleman. Tentu, pada hari jadi ini masyarakat Sleman juga boleh melakukan ekspresi-ekspresi dan mengembangkan potensi yang dimiliki masyarakat,” paparnya.
Arifin/ed. MN