Narasumber pertama, dr. Saiden Saragih, M.M., dalam paparannya berjudul: “Informasi Dasar HIV-AIDS“. Secara rinci ia menguraikan banyak hal tentang HIV-AIDS, antara lain tentang gejala yang muncul, penularan dan cara pencegahan, cara perawatannya. Di akhir paparannya, narasumber yang bekerja di Posyandu Inalsal RSUD Dr. Jasamen Saragih, Pematang Siantar ini, mengatakan, “Janganlah satu orang pun di antara kita yang sampai terkena virus HIV ini.”
Kemudian, narasumber kedua, Fitrisari Saragih, yang secara detail juga menguraikan paparannya yang berjudul: “Anti Tabu dan Buta Seks“, antara lain menjelaskan hal-hal yang terkait dengan pentingnya pendidikan seks bagi kaum muda (remaja) dengan format/metode yang lebih komprehensif agar sasaran edukasi memperoleh pengetahuan yang baik dan benar. Juga tentang perkembangan dan perubahan fisik saat masa akil balik, alat reproduksi pria dan wanita beserta fungsinya, pelecehan dan kekerasan seksual, dan mencegah kemungkinan anak mendapat informasi yang salah dan dari sumber yang salah pula.
Di akhir paparannya, Fitrisari menekankan, “Selain penting, pendidikan seks bagi usia muda juga harus mempertimbangkan strategi dan kelompok usia,” pungkasnya.
Lalu, narasumber ketiga, Risty Desta Mahesty, seorang psikolog alumni USU Medan memberi paparan pendidikan seks yang berjudul “Pentingnya Pendidikan Seks“.
Dalam paparannya, ia menguraikan tentang pentingnya pendidikan seks disampaikan sedini mungkin bagi seseorang, khususnya kaum remaja/kaum muda. Paparannya dominan dari sudut pandang Psikologi (Ilmu Jiwa).
Terakhir, Suhaira Marbun, Kepala Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (Kanit PPA) Kepolisian Ressor (Polres) Kota Pematang Siantar sebagai narasumber keempat. Dalam paparannya menguraikan pendidikan dan pengetahuan tentang sex dari sudut pandang hukum. Selain materi inti pengetahuan tentang sex, juga dipaparkan contoh-contoh kasus pelecehan dan kekerasan seksual yang terjadi dan ditangani pihak Polres Siantar.
Oleh, Ketua Pelaksana, Rendy Butar-butar, ketika ditanya, kenapa bukan topik sosial dan politik yang diangkat dalam acara ini sebagaimana yang lazim diangkat oleh sebagian besar mahasiswa di berbagai tempat, tapi malah memilih topik tentang pendidikan seks yang diangkat, padahal penyelenggara, ia mengatakan bahwa selain topik politik dan topik lain, topik pendidikan seks, walau tidak begitu populer, untuk saat ini sangat penting dan mendesak khususnya bagi kaum muda remaja yang sedang dalam masa akil balik (puber) dan juga bagi para orang tua.
“Kita melihat apa yang dibutuhkan masyarakat, bukan apa topik yang populer. Topik anti dan buta seks meski tidak populer, tapi kami menilai pengetahuan tentang seks perlu disebarkan kepada masyarakat, demi menghindari hal-hal tidak diinginkan apalagi sampai ada korban karena buta pengetahuan tentang seks,” ujar Rendy.
“Jadi fungsinya adalah preventif. Pencegahan, sebelum terjadi efek-efek negatif, apalagi sampai ada korban, dan terkait sebagai kasus hukum,” tandas Rendy mengakhiri tanggapannya.
Selain Wali Kota, Ketua Prodi Ilmu Komunikasi FISIP USU Medan, acara tersebut juga dihadiri oleh Frinando Siallagan, S.Pd., Kepala SMP Methodis Pematang Siantar; Plt. Kadispenjar Kota P. Siantar, Rudolf Barmen Manurung, M.Pd; dari perwakilan SKPD dan Polres Kota Pematang Siantar; ratusan siswa SMP dari berbagai tempat di wilayah Kota Pematang Siantar; dan para undangan lainnya.
Secara keseluruhan acara berlangsung sukses dan meriah, sebab selain paparan materi dan tanya jawab, juga diselingi dengan acara penampilan lagu, tari, ada juga kuis dari para narasumber, dan tak lupa doorprize.
Keseluruhan acara ditutup oleh Kepala Sekolah SMP Methodis, Frinando, S.Pd, setelah kata penutup ucapan terima kasih dari Ketua Pelaksana, Rendy Butar-butar.
Marolop Nainggolan/ed. MN