Selain itu, Ia menambahkan, kendala yang kedua terkait sinergitas antara pemerintah Kalurahan dengan desa wisata, dengan pokdarwis, dengan Bamuskal dan dengan masyarakatnya.
“Memang tidak semua desa wisata ini bangunan sinergitasnya kuat. jadi kalau di desa Tinalah ini kan sudah teruji antara pemerintah Kalurahan dengan desa wisata, dengan Pokdarwis, dengan Badan Musyawarah Kalurahan (Bamuskal), dengan masyarakatnya itu sudah kempel. Jadi mau ada event kapan pun mereka siap. Nah ini yang belum dipunyai oleh semua desa-desa wisata,” imbuhnya.
Sementara itu usai menikmati pemandangan, Wamenpar Ni Luh Puspa meninjau beberapa kerajinan warga setempat, dan ikut terjun langsung mencoba dalam pembuatannya.
Ia juga menjajal menganyam topi menggunakan daun kelapa. Kunjungan Ni Luh ditutup dengan makanan khas Kulon Progo, wingko babat oleh warga setempat.
“Desa Tinalah merupakan salah satu desa wisata yang mendapat penghargaan. Masyarakat di sini bisa mengembangkan nilai ekonomi dari pariwisata. Ada beberapa yang bisa dikembangkan dan diunggulkan,” ujar Ni Luh saat ditemui wartawan di lokasi, Samigaluh, Kulon Progo, Jumat (24/01/2025).
“Sejauh ini kita bicara pariwisata berkualitas itu soal experience sebagai wisatawan dan dapat pengalaman berwisata yang berkualitas. Kita di sini bisa belajar bikin wingko, topi, dan melukis. Ini experience yang bisa jadi cerita,” pungkasnya.
Ar/Ed. MN