“Kita terakhir proyeknya adalah tahun 2021 dan ini akan diteruskan karena sama antara Indonesia dan Jepang, Jepang punya 111 gunung berapi, kita punya 129 gunung berapi. Jadi pengendalian laharnya dengan menggunakan sabo,” paparnya.
Sejauh ini, sabo dam sudah banyak dibangun di pegunungan api Indonesia. Termasuk di Merapi maupun Semeru.
“Merapi sendiri secara master plan butuh 367, tapi sekarang baru 227. Jadi masih butuh 90 lagi untuk kapasitas 11 juta lebih meter kubik,” sambungnya.
Basuki menyebut sejak tahun 70-an sudah ada lebih dari 350 orang yang berkompeten tentang sabo datang ke Indonesia untuk mendesain sabo dam.
“Kita mulai tahun 1958, mulai dengan expert Jepang mulai ke sini 1970, sekarang ini sudah lebih dari 350 expert Jepang yang datang ke sini untuk membantu kita mendesain sabo dan kita sudah men-training lebih dari 100 enginer Indonesia di Jepang tentang sabo,” jelasnya.
Lebih lanjut, Basuki mengatakan dalam kunjungan Kaisar Jepang kali ini lebih menitikberatkan pembahasan soal sabo. Dia pun menjelaskan sabo merupakan pasir dalam bahasa Jepang.
Mengenai fungsi sabo sendiri bukan hanya dam biasa yang menampung air, namun menampung pasir. Yang artinya air bisa lewat tapi pasirnya tertahan.
“Pada saat tidak ada letusan dia ditambang maka ada integrated sedimen management. Dia harus diatur. Jadi sabo dam sendiri adalah dam untuk menampung pasir kalau ada baik itu lahar panas maupun lahar dingin terutama lahar dingin. Makanya itu kan bolong-bolong kalau sabo, itu air ngalir pasirnya ditahan. Tapi intinya dia menahan sedimen, airnya mengalir itu sabo dam,” tutupnya.
Arifin