Selain merusak jalan, dampak aktivitas penambangan tersebut, lahan pertanian menjadi rusak, sejumlah fasilitas umum rusak.
“Beberapa akses jalan usaha tani dan saluran irigasi juga hilang,” tandas salah seorang warga.
Lokasi tanah yang sudah dikeruk saat ini luasnya mencapai sekitar 20 hektare yang berada di wilayah empat dukuh di Desa Jatisari.
Paryanto, salah satu warga Desa Jatisari mengaku tanah milik ayahnya seluas 1.200 meter juga ikut di tambang untuk tanah uruk. Itu bukan atas sukarela tetapi keterpaksaan.
“Sawah ladang milik orang tua saya itu juga sebagian sudah dikeruk. Padahal sebelumnya tidak ada pembicaraan sama sekali. Ada sekitar 7 meteran yang kena kerukan. Beberapa pohon jati milik ayah saya juga sudah ditebang. Hanya dihargai Rp15 ribu per meter permukaan,” katanya kepada awak media.
Hingga pagi ini aksi warga masih berlangsung. Warga kembali ke Balai Desa untuk dialog dengan pemilik dan pengelola tambang.
Arifin/ed. MN.