Menurut Sihombing, aktor intelektual penyerangan itu masih bebas berkeliaran karena belum ditangkap. Padahal, 11 orang termasuk ketua geng motor sudah ditangkap pihak Polrestabes Medan.
Mereka menduga, penyerangan itu atas suruhan pengembang properti supaya mereka hengkang dari lahan eks Hak Guna Usaha (HGU) PTPN II tersebut.
“Kami menuntut siapa sebenarnya aktor dan dalangnya, agar aktor intelektual di balik penyerangan ini secepatnya ditangkap,” ujar L Sihombing.
Dia menyebut, penyerangan di Selambo sudah lima kali terjadi dan yang paling parah sebulan belakangan hingga mengakibatkan dua orang tewas.
Mereka mengancam, apabila Polda Sumut tidak menangkap aktor intelektual dibalik penyerangan di Selambo, akan kembali memblokir jalan hingga nginap di depan Polda Sumut. Sebab, buntut penyerangan itu membuat mereka merasa trauma dan ketakutan saat beraktivitas.
“Apabila pihak kepolisian tidak mampu menangkap, masyarakat Desa Selambo akan melakukan aksi pemblokiran jalan dan menginap di halaman Polda Sumut, karena masyarakat Selambo sampai pada hari ini trauma kepanjangan dan mereka takut setiap keluar,” tambah Sihombing.
Terlihat istri dari salah satu korban yang tewas pada malam kejadian itu, ini menyampaikan “Kepada Kapoldasu, agar melihat penderitaan kami yang diperbuat oleh mereka kepada kami dan suami saya, jangan berdiam diri Bapak Kapoldasu!” serunya.
“Lebih baik kami mati ditembak oleh polisi dari pada ditembak mereka para genk motor,” teriaknya lebih keras lagi.
Tanjung & Junianto Marbun/Ed MN