Terpisah, dihubungi LimasisiNews, Paniradya Pati Keistimewaan DIY Aris Eko Nugroho menuturkan, bahwa kegiatan tersebut sebagai sarana aktivitas pengembangan kebudayaan.
“Ini merupakan aktivitas pemeliharaan dan pengembangan kebudayaan, terutama obyek kebudayaan bahasa khususnya literasi. Jangan sampai hilang dari budaya masyarakat yogyakarta,” tuturnya.
Aris Juga berharap kegiatan ini bisa dilakukan secara rutin dengan pola penyempurnaan setelah dievaluasi. Syukur-syukur menjadi event wisata religi yang menarik di yogyakarta.
Sementara itu, Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPAD) DIY, Kurniawan, mengatakan, acara ini lahir dari kepedulian bersama terhadap kekayaan aksara yang tumbuh di kehidupan yang akan datang.
“Aksara Pegon bukan hanya sebuah sistem tulisan, tetapi juga menjadi jembatan sejarah ilmu dan nilai-nilai keagamaan yang telah lama hidup di tengah masyarakat kami,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Yayasan Nur Iman Mlangi, KH Tamyis Mukharom, mengatakan, Festival Mlangi adalah upaya untuk menjadikan Mlangi sebagai pusat kebudayaan yang dinamis, reflektif, dan mampu beradaptasi dengan zaman. Ia juga menekankan pentingnya mempertahankan tradisi dengan cara yang relevan di era perubahan sosial yang begitu pesat, melalui aktivitas seperti membaca, mengajarkan, dan menginterpretasi ulang nilai-nilai tersebut untuk generasi mendatang.
Festival Mlangi sendiri terselenggara atas kolaborasi lintas sektoral. Kolaborasi terjalin antara DPAD DIY dengan Yayasan Nur Iman Mlangi, yang terdiri dari berbagai pesantren di Mlangi, Takmir Masjid Pathok Negoro, dan elemen masyarakat setempat.
Festival Mlangi ini digelar dari tanggal 7-10 Mei. Festival ini terbuka untuk umum tanpa tiket masuk. Selama empat hari, festival ini menyajikan berbagai kegiatan menarik, mulai dari jajanan UMKM hingga perlombaan dan pentas seni yang menampilkan kreativitas masyarakat setempat.
AR