Bupati Klaten, Sri Mulyani, mengatakan bahwa festival tersebut sudah menjadi agenda tahunan meski sempat terhenti selama dua tahun karena pandemi Covid-19.
Ia berharap festival itu menjadi ikon baru melengkapi beberapa kegiatan lainnya yang sudah menjadi ikon seperti tradisi sebaran apem. Yaa Qawiyyu di Jatinom serta Grebeg Syawalan di Bukit Sidoguro, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat.
“Saya berharap festival ini terus digelar sebagai kegiatan rutin tahunan. Sehingga ke depannya dapat menjadi ikon baru pariwisata di Kabupaten Klaten dan tentunya membawa dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar. Ke depannya bukan hanya masyarakat Klaten yang menikmati namun juga daerah lain,” jelas Mulyani.
Sedangkan festival itu sendiri digelar untuk pengembangan potensi lokal mulai dari ekonomi, budaya, dan lain-lain. Kecamatan Jatinom menjadi salah satu wilayah sentra penghasil durian selain Karangnongko serta Kemalang.
Selain itu, dengan adanya festival tersebut, para pedagang durian pun juga ikut kebanjiran dagangannya., Kecamatan Jatinom itu.
Arifin/ed. MN