LimasisiNews, Gunung Kidul (DIY) –
Tindakan asusila berupa pelecehan terhadap siswi Sekolah Dasar (SD) yang diduga dilakukan oleh oknum guru Aparatur Sipil Negara (ASN) berinisial D di salah satu Sekolah Dasar Negeri (SDN) di wilayah Wonosari, Gunung Kidul menimbulkan reaksi dan komentar beragam dari berbagai kalangan.
Menurut Stefanus Sujoko, salah seorang tokoh pemerhati sosial di Gunung Kidul bahwa instrumen penting dalam mewujudkan hasil pendidikan yang aplikatif demi kebutuhan bangsa di masa depan adalah guru, sekolah dan keluarga. Dikatakannya, ketika keluarga sudah mencoba semaksimal mungkin mendidik sesuai kemampuan sebuah keluarga, maka harapan kedua adalah lingkungan sekolah yang mana waktu dan tempat anak-anaknya lebih banyak dihabiskan.
Tentu orang tua berharap kepada para guru dan pendidik lainnya di lingkungan sekolah untuk menggantikan peran orang tua dalam memberikan pendidikan yang baik terhadap anak-anaknya.
Menanggapi tindak asusila yang terjadi, Stefanus Sujoko mengatakan bahwa kejadian tersebut seharusnya mendapatkan perhatian serius dari semua stakeholder yang diharapkan mampu menciptakan dan menjaga atmosfer dunia pendidikan.
“Ini ruang pendidikan yang difasilitasi negara, jangan sampai masyarakat memiliki persepsi negatif pada dunia pendidikan,” tandasnya.
Ia menjelaskan, bukankah para stakeholder pendidikan di Gunung Kidul pernah mendengar kata-kata bijak “untuk menghancurkan sebuah bangsa, mulailah menghancurkan pendidikannya“? Kasus yang terjadi ini bisa menjadi akar kuat kekecewaan publik pada dunia pendidikan.
Dikatakannya, kasus ini terjadi di sekolah negeri dengan oknum yang digaji oleh negara. Kejadian ini harusnya menjadi tanggung jawab kita semua sebagai warga negara untuk menyuarakan agar atmospher pendidikan terjaga pada level yang positif.
Dan pola penyelesaiannya pun menurut Stefanus Sujoko, tidak dengan cara diam-diam berdamai lalu menutup rapat kejadian yang bisa saja hal itu dikemudian hari bisa terjadi pada anak kita sendiri.