Alfian menjelaskan, data anev terbaru tercatat faktor penyebab kecelakaan paling banyak didasari karena faktor manusia.
“Dimana untuk faktor manusia mencapai 51 persen, faktor kendaraan 21 persen, faktor jalan 14 persen, dan faktor cuaca 12 persen. Sehingga dari situ kita melihat kecelakaan terjadi karena mereka (pengendara) itu ceroboh, kurang konsentrasi dalam berlalu lintas,” jelasnya.
Alfian menambahkan, sebagai contoh tak sedikit pengendara yang tidak bisa menjaga jarak aman. Berikutnya, banyak pengemudi yang mengabaikan rambu atau marka jalan.
“Dari situ kami mencoba buatkan konsepsi uji praktik SIM yang memuat keseimbangan. Ini penting karena u turn di jalur ring road, kan, banyak dan butuh keseimbangan. Lalu uji rem reaksi juga,” imbuhnya.
Pada dasarnya konsep angka 8 dan zig-zag menjadi satu rangkaian sudah sesuai dengan uji praktik SIM di empat negara yakni Taiwan, Jepang, Amerika, dan Australia.
Akan tetapi konsepsi ini menjadi hal yang perlu dipertimbangkan lagi, lantaran banyak dikeluhkan oleh masyarakat.
“Tetapi konsepsi zig-zag dan angka 8 ini kami akomodir dengan konsepsi baru later S. Itu sebetulnya hampir sama dengan angka 8. Ada keseimbangan, reaksi rem dan marka jalan,” pungkas Alfian.
Arifin/ed. MN