LimaSisiNews, Klaten (Jawa Tengah) –
Pemanasan Suhu Muka Laut (SML) yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah hingga timur ini mengakibatkan potensi pertumbuhan awan meningkat dan mengurangi curah hujan di wilayah tersebut, termasuk di Indonesia.
Salah satu dampak dari kemunculan El Nino itu adalah turunnya rendemen gabah. Yang biasanya hasil gabah per hektar bisa mencapai 7 sampai 8 ton, tetapi sekarang, hasil gabah per hektar hanya sekitar 6 ton.
Direktur Utama (Dirut) PT. Bumi Manfaat Gemilang (BMG), Muhammad Ibrahim Al Asy’ari menyampaikan bahwa kondisi perberasan di seluruh Indonesia saat ini kurang baik-baik saja. Hal ini dikarenakan terjadinya kenaikan harga beras yang begitu signifikan.
“Karena pada musim gadu atau Masa Tanam (MT) 2 ini terjadi perubahan iklim dengan adanya gelombang El Nino yang sangat ekstrim panas, yang membuat rendemen gabah menjadi turun. Yang biasanya per hektar itu hasilnya 7 atau 8 ton, sekarang menjadi 6 ton. Dan pastinya, karena jumlah penduduknya meningkat, kebutuhan konsumsinya juga tinggi, maka ini juga berdampak (terjadinya kenaikan harga beras),” ungkapnya, Jumat (25/08/2023)
Lebih lanjut, Muhammad Ibrahim Al Asy’ari menjelaskan bahwa saat ini, Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah adalah Rp5.000,- per kilogram. Tetapi kondisi riel di lapangan sekarang sudah mencapai Rp7.000,- dan bahkan Rp7.500,- per kilogram.
Sedang harga Pecah Kulit (PK) yang biasanya Rp8.000,- sampai Rp8.500,- per kilogram, sekarang mencapai Rp10.500,-. Bahkan sekarang ini ia mendapat permintaan di lapangan sudah mencapai Rp10.800,- per kilogram.
“Lha, terus bagaimana saya harus mengikuti harga yang terus berubah setiap hari itu? Tetapi apa pun yang terjadi, kita akan tetap bertahan agar petani tetap produksi. Walaupun serapannya dibagi di mana-nama,” tuturnya.
Pria yang akrab dipanggil Ibra ini menyatakan bahwa kondisi kenaikan harga gabah ini mulai terjadi pada Februari 2023. Dari Februari sampai Maret, harga gabah terus naik. Kemudian harga gabah sempat turun sebentar. Tetapi mulai Juni sampai Agustus 2023 harga gabah terus merangkak sampai saat ini Rp10.800,- per kilogram.
“Kalau harga gabah seperti ini, maka saya hitung, HPP (Harga Pokok Penjualan) untuk beras medium itu jatuhnya nanti bisa sampai Rp12.500,- per kilogram. Sedang pada Agustus 2022 lalu, harga beras medium antara Rp10.750,- sampai Rp10.800,- per kilogram. Itu harga maksimal beras medium. Tetapi sekarang, sudah berubah harga, bukan naik harga lagi,” jelasnya.
Ibra mengemukakan, kalau dilihat secara iklim, kemungkinan kondisi kenaikan harga beras seperti ini akan berlangsung sampai akhir tahun 2023 nanti.
“Baru nanti pada MT 1, yaitu sekitar Desember sampai Januari 2024 ke sana, mudah-mudahan terjadi penurunan harga beras karena panen raya. Karena serapan (produksi) juga tinggi. Tetapi kalau El Nino ini segera berakhir, kemungkinan juga bisa meningkatkan produksi atau panen, sehingga kenaikan harga beras bisa ditekan,” ucap Ibra.