Disinggung soal dampak efisiensi anggaran dan adanya larangan study tour di beberapa daerah, Sunyoto menuturkan, dampaknya sangat dirasakan bagi industri pariwisata, khususnya di Gunungkidul.
“Adanya efisiensi anggaran dan larangan study tour dari beberapa pemerintah daerah, khususnya dari Jawa Barat dan Banten, dampaknya terasa. Jadi yang biasanya hotel-hotel bintang 3 dan 4 sudah ada pesanan-pesanan untuk rapat atau gathering, yang biasanya diadakan oleh instansi-instansi banyak yang di-cancel,” katanya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, menurut data statistik, kunjungan wisatawan yang berasal dari Jawa Barat itu sekitar 14,6%, jadi cukup terasa untuk pengelola industri pariwisata, khususnya yang di pantai.
“Jadi dampaknya memang sangat luar biasa sekali adanya larangan study tour ini. Harapannya, ya mudah-mudahan ada wisatawan dari daerah lain yang berkunjung ke Gunungkidul, sehingga kunjungan wisatawan di Gunungkidul dapat meningkat,” ingkang Sunyoto.
Untuk liburan lebaran sendiri, Sunyoto melanjutkan, biasanya tidak begitu berpengaruh dengan larangan study tour, karena untuk liburan lebaran ini biasanya wisatawan yang berkunjung dari perorangan dan keluarga.
“PHRI Pusat dari Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PHRI sudah mengajukan keberatan atas kebijakan-kebijakan yang dampaknya terhadap industri pariwisata di Indonesia. Itupun memang hasil laporan dari PHRI daerah yang memberikan laporan ke PHRI pusat, sehingga PHRI pusat sudah melayangkan keberatan atas kebijakan yang tentunya akan berdampak kepada industri pariwisata,” pungkasnya.
Ar/Ed. MN