LimaSisiNews, Simalungun (Sumut) –
Gawat dan sangat miris realita kinerja Radiapoh Hasiholan Sinaga (RHS) sebagai Bupati Simalungun, yang dimana beberapa kali menerima berupa piagam penghargaan keterbukaan informasi publik. Namun faktanya tidak sesuai di lapangan.
Dimana banyak kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh Radiapoh Hasiholan Sinaga (RHS) malah terkesan menutup informasi dan kewenangan kontrol dari masyarakat terkait kegiatan bangunan yang lagi berlangsung atau dikerjakan oleh pihak kontraktor.
Dibeberapa pembangunan strategis yang menelan anggaran negara hingga puluhan miliar malah dibatasi masyarakat untuk melakukan kontrol sosial pada realisasi pelaksanaan teknis pembangunan tersebut.
Salah satunya pembangunan RSUD Parapat yang menelan anggaran sekitar Rp17 miliar. Kegiatan pembangunan tersebut diduga ada persengkongkolan korupsi yang dapat merugikan negara sangat besar, sehingga dianggap perlu peranan masyarakat melakukan pengawasan pelaksanaan teknis pembangunan. Dan di kegiatan lainnya pembangunan Kantor Camat Sidamanik dan pembangunan kantor camat Tanah Jawa dan banyak lainnya bangunan gedung di zaman Bupati RHS yang diduga dilarang masuk masyarakat untuk memonitor pelaksanaan teknis pembangunan.
Sebelumnya, media ini mendapatkan informasi dari masyarakat sekitar bahwa pengawas lapangan kegiatan pembangunan RSUD Parapat menghalangi masyarakat untuk melakukan pengawasan kegiatan tersebut dengan memotret bagian-bagian dasar pembangunan yang diduga janggal dan masyarakat dilarang masuk mendokumentasikan foto pelaksana pembangunan tersebut didalam lokasi.
Dan salah satunya yang diduga menjadi sarang korupsi yang bersekongkol yaitu biaya anggaran perencanaan pembangunan RSUD Parapat dan pemadatan lokasi pekerjaan setelah penggalian, serta pembangunan cakar ayam bangunan gedung dan pengerjaan pondasi dasar bangunan.
Dari informasi masyarakat mengatakan, “Kami masyarakat dari awal tidak masuk mengambil foto pekerjaan pembangunan dari awal dilokasi tersebut, dan ada satu orang pengawas di lokasi bila terlihat kita memotret langsung dihampiri dan ditanya-tanya ‘Mau ngapain dan ngapain foto, mau perlu apa?’ Selain itu semua bangunan tersebut ditutup pakai seng kelilingnya, jadi tidak bisa masuk kedalam,” ujar masyarakat yang tidak mau namanya dipublikasikan.