Hal lain yang menarik, mayoritas peserta karnaval memanfaatkan limbah atau barang-barang bekas sebagai aksesoris, kostum, maupun maskot. Pemanfaatan limbah ini menunjukkan potensi Bantul yang mampu mengolah limbah menjadi barang layak jual dan bermanfaat.
“Kegiatan ini juga sebagai ajang pembuktian bahwa Bantul benar-benar siap menuju jejaring kota kreatif dunia. Potensi ini harus kita kembangkan lebih luas lagi agar semakin dikenal dunia,” ujar Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih .
Orang nomor satu di Bantul ini mengatakan bahwa BIC merupakan penanda bahwa pihaknya siap untuk memasuki jejaring Kota Kreatif Dunia. Saat ini Kabupaten Bantul telah menjadi salah satu nomine dari enam kota/kabupaten di Indonesia untuk diakui sebagai jejaring UCCN (UNESCO Creative Cities Network).
“Tema yang diangkat pada kegiatan ini sangat sesuai yakni Holopis Bantul Baris yang mengajak partisipasi masyarakat untuk terlibat dalam pengakuan Bantul sebagai jejaring kota kreatif dunia, predikat sebagai Kota Kreatif Dunia sangat layak disandang Bumi Projotamansari. Pasalnya, produk ekonomi kreatif masuk ke dalam tiga besar sektor yang menjadi penyumbang terbesar bagi pertumbuhan ekonomi di Bantul selain pariwisata dan pertanian.Ketiga sektor itu menjadi lokomotif pembangunan di Kabupaten Bantul dan akan terus kita dorong untuk terus berkembang,” ujar Halim.
Arifin/ed. MN