Limasisinews.com – Sukabumi (Jabar)
Sama persis kesimpulanku dengan apa yang disampaikan oleh Ibu Kepala BNN Sukabumi Ibu. Dr(cand) M. Retno Daru Dewi, AMK, S.Psi, M.Si. tanggal 12 Oktober 2021 pada Pembukaan Pengembangan Kapasitas P4GN Pada Lembaga Adat dan Komunitas Berbasis Kearifan Lokal di Inna Samudera Beach Hotel. “Alam SUKABUMI lebih indah nan elok, saya sudah keliling kemana mana rasanya paling Indah pesona Sukabumi”. Ujar beliau.
Begitu juga setelah mengamati beberapa objek wisata di Bali misalnya apabila dibanding-bandingkan rasanya seperti memandang dua sosok gadis cantik. Yang satu lugu, ayu dan anggun dan satunya camperenik, molek dan elegan. Wajar saja jika kemolekannya bersinar sudah malang melintang seantero jagat raya sedang gadis lugu baru dipoles saja sering terkelupas lagi bedaknya.
Coba saja amatii untuk satu perjalanan saja jalur dari Bagbagan menuju ciletuh membentang pantai yang indah. Tanah lot sudah sirna oleh keindahan pantai menuju Ciletuh, Pandawa terhempas oleh nuansanya puncak darma.
Belum lagi sepanjang arah Cisolok daya pesona Palabuhanratu penuh ceritera menarik. Dilengkapi keindahan pegunungan, lembah, ngarai dan sawah yang ber terap hampir disemua wilayah terluas di jawa barat.
Aku tertegun sebentar di pantai legenda karang hawu, saat ini sedang dipugar besar2an, berbagai fasilitas akan disiapkan bekonsep wisata religi. Langkah yang tepat dan sepertinya satu persatu semuanya dikerenkan.
Indahnya alam Sukabumi akan menjadi primadona wisata manca negara mengikuti Bali, Toba, dan Sukabumi kaya pesonanya.
Gurilaps cirikhas wisata priangan menjelma di Sukabumi. Gadis cantik nan ayu mulai mekar. Sedikit bersolek putri manapun tumbang terlibas kecantikannya.
Pertanyaannya; Apakah benar akan menjadi primadona?. Karena untuk menjadi putri pilihan sang pangeran itu tidak hanya ditentukan oleh kecantikan saja, namun juga harus cerdas, berjiwa mulia dan luwes dalam bergaul.
Tidak cukup dengan alam yang indah, tetapi yang utama harus didukung oleh prilaku terpuji warga masyarakatnya.
Saya lihat tempat-tempat di Bali itu dikagumi bukan karena pantainya yang sudah dibangun lebih megah, tapi tatanan budayanya sungguh mempesona.
Lingkungan rapi dan bersih dilengkapi tata tertib, sign÷sign, peringatan lengkap dengan fasilitas umum. Keramahan, etika dan estetika warga yang terkelola.
Tidak hanya membangun potensi fisiknya saja bukan hanya melengkapi berbagai fasilitas. Tapi yang kentara sekali budaya dasarnya dibentuk, dikendalikan, dididik, dilatih, diarahkan, dan dikelola secara konsisten.
Mereka sadar benar jika dirinya selalu diamati dunia. harus nyaman, senang, kagum dan puas.
Tidak ada pa Ogah tidak ada tukang parkir yang hanya bermodalkan sempritan cempreng yang duduk manis menunggu mobil bergerak keluar area, tidak ada saung2 reyod yang atapnya terpal berwarna warni.
Budaya masyarakat wisata menjadi daya tarik tak terlupakan. Deungdeuleueun dan rarasaeun, memaksa pengunjung untuk datang berkali kali dengan membawa sanak keluarga dan handai taulan.
Sungguh kemuliaan manusia menjadi kekuatan utama dalam mengelola tatanan semesta alam.
Sewaktu malaikat memprotes kepada Tuhan bahwa manusia di bumi hanya akan merusak, Allah tetap meyakinkanya untuk menciptakan manusia sebagai Khalifah.
Maka diturunkanlah kepada manusia “Iqra”. Yang maknanya sangat luas, intinya manusia harus belajar diberi fasilitas pendidikan, pembinaan dan pelatihan.
Belajar sepanjang usia, tidak hanya untuk anak sekolahan saja melainkan untuk semua.
Terjadinya perubahan lingkungan yang signifikan berpotensi memunculkan gejolak yang tidak dipahami oleh orang-orang disekitarnya yang akan memunculkan tindakan-tindakan konvensasi dan spekulasi.
Mereka membutuhkan siraman jiwa, arahan agar memahami makna perubahan dan bimbingan untuk menumbuhkan kesadaran bahwa perubahan harus diiringii dukungan.
Perubahan yang memunculkan tantangan perlu diseimbangkan dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam penanganannya menyesuaikan diri dengan hakekat perubahan tersebut.
Mereka sama-sama berkembang, secara terus menerus memperbaiki diri menata lingkungannya lebih baik dan lebih baik, bukan malah merusak atau menciderai.
Jika saja satu orang setiap hari satu bunga saja dan yang lain memeliharanya sampai mekar sungguh akan merekah dimana mana.
Sukabumi indah, Sukabumi nyaman menjadi dambaan. Mimpi ada Bali kedua di Sukabumi akan nyata. Mari membangun budaya.hurip Sunda.
Ditulis Oleh: Dr. Awan Setiawan. MSi.(Dewan Kebudayaan dan Wakil Ketua Paguyuban Pasundan Kabupaten Sukabumi)
Tim/Red