LimaSisiNews, Sleman (DIY) –
Ketua Perkumpulan Usaha Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Pusparekraf) Kabupaten Sleman, Agung Sasongko, S.E,, M.MPar., mengatakan, menjamurnya kos harian atau kos hotel (kostel) dan homestay menjadi salah satu penyebab turunnya tingkat hunian (okupansi) hotel di Yogyakarta pada musim liburan ini.
Menurutnya, Pemerintah seharusnya tegas dalam memberikan perizinan sesuai dengan operasionalnya.
“Ya, betul, Mas. Seperti apa yang disampaikan oleh Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (PHRI DIY) beberapa waktu yang lalu. Hal tersebut menjadi polemik berkepanjangan. Selain kos-kosan yang dijual harian dan rumah-rumah yang dijadikan homestay, ada lagi yaitu hotel aplikasi seperti, redoorz dan OYO yang menjadikan kos-kosan dan rumah-rumah disewakan harian melalui aplikasi mereka. Itu jadi mempengaruhi tingkat okupansi hotel jadi anjlok,” ungkap Agung yang juga anggota PHRI.
Agung menilai, maraknya keberadaan homestay dan kos harian yang menawarkan sewa kamar dengan harga lebih rendah dari sewa kamar hotel menjadi penyebab okupansi kamar hotel di Kota Jogja tidak berkurang.
Untuk itu, Agung meminta agar Pemerintah lebih jeli dan tegas untuk melakukan penertiban terkait perizinan, karena banyak homestay dan kos harian ini yang tidak memiliki izin resmi.